Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Tuesday, September 24, 2013

KISAH SEDIH DARI BALI

Kisah sedih dialami Desak Suarti, seorang pengerajin perak dari Gianyar, Bali . Pada mulanya, Desak menjual karyanya kepada seorang konsumen di luar negeri. Orang ini kemudian mematenkan desain tersebut. Beberapa waktu kemudian, Desak hendak mengekspor kembali karyanya. Tiba-tiba, ia dituduh melanggar Trade Related Intellectual Property Rights (TRIPs). Wanita inipun harus berurusan dengan WTO.

"Susah sekarang, kami semuanya khawatir, jangan-jangan nanti beberapa motif asli Bali seperti `patra punggal', `batun poh', dan beberapa motif lainnya juga dipatenkan", kata Desak Suarti dalam sebuah wawancara.

Kisah sedih Desak Suarti ternyata tidak berhenti sampai di sana . Ratusan pengrajin, seniman, serta desainer di Bali kini resah menyusul dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga negara asing. Tindakan warga asing yang mempatenkan desain warisan leluhur orang Bali ini membuat seniman, pengrajin, serta desainer takut untuk berkarya.


Salah satu desainer yang ikut merasa resah adalah Anak Agung Anom Pujastawa. Semenjak dipatenkannya beberapa motif desain asli Bali oleh warga asing, Agung kini merasa tak bebas berkarya. "Sebelumnya, dalam satu bulan saya bisa menghasilkan 30 karya desain perhiasan perak. "Karena dihinggapi rasa cemas, sekarang saya tidak bisa menghasilkan satu desain pun," ujarnya hari ini.

Potret di atas adalah salah satu gambaran permasalahan perlindungan budaya di tanah air. Cerita ini menambah daftar budaya indonesia yang dicuri, diklaim atau dipatenkan oleh negara lain, seperti Batik Adidas, Sambal Balido, Tempe, Lakon Ilagaligo, Ukiran Jepara, Kopi Toraja, Kopi Aceh, Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayang Sayange, dan lain sebagainya.

LANGKAH KE DEPAN

Indonesia harus bangkit dan melakukan sesuatu. Hal inilah yang melatarbelakangi berdirinya Indonesian Archipelago Culture Initiatives
(IACI), informasi lebih jauh dapat dilihat di http://budaya-indonesia.org/ . Untuk dapat mencegah agar kejadian di atas tidak terus berlanjut, kita harus melakukan sesuatu. Setidaknya ada 2 hal perlu kita secara sinergis, yaitu:

1. Mendukung upaya perlindungan budaya Indonesia secara hukum. Kepada rekan-rekan sebangsa dan setanah air yang memiliki kepedulian (baik bantuian ide, tenaga maupun donasi) di bagian ini, harap menggubungi IACI di email: office@budaya-indonesia.org

2. Mendukung proses pendataan kekayaan budaya Indonesia . Perlindungan hukum tanpa data yang baik tidak akan bekerja secara optimal. Jadi, jika temen-temen memiliki koleksi gambar, lagu atau video tentang budaya Indonesia , mohon upload ke situs PERPUSTAKAAN DIGITAL BUDAYA INDONESIA , dengan alamat http://budaya-indonesia.org/ Jika Anda memiliki kesulitan untuk mengupload data, silahkan menggubungi IACI di email: office@budaya-indonesia.org

3 comments:

  1. Nampaknya memang hanya satu masalah ini saja yang perlu mendapatkan perhatian padahal sebenarnya ribuan masalah yang harusnya mendapat perhatian dan benar - benar ditangani secara serius oleh semua pihak yang hidup di tanah Bali, baik penduduk asli dari Bali ataupun pendatang...

    Dan sudah waktunya kalau kebecian 'kesukuan' yang selama ini banyak ditutup - tutupi mulai dihilangkan karena sebenarnya berapa banyak perhatian dan pengawasan kita berikan kepada orang asing yang 'menghisap' madu dari Bali dan melarikannya kenegara mereka, dan ini sudah berlangsung bertahun - tahun, sementara masyarakat Bali cukup berbahagia dengan remah - remah disisakan...

    Ini bukan ajakan untuk membenci orang asing yang berada di Bali tetapi untuk lebih sadar dengan potensi dan kemampuan diri sendiri :-)

    ReplyDelete
  2. Betul sekali pendapat Anda, suda saatnya kita semua bersatu. "musuh" kita bukanlah bangsa kita sendiri yang lain suku atau agama, melainkan orang asing yang awalnya manis namun punya maksud lain dibaliknya yaitu mengeruk kekayaan kita baik alam maupun kesenian.
    Cobalah mulai dari kita sendiri belajar untuk bersatu dan prihatin, jangan mau dipecah belah lagi.
    Maju Indonesia ku!

    ReplyDelete
  3. Anonymous11:03 AM

    memang orang Indonesia harusnya lebih peduli kepada kekayaan bangsa ini.
    tapi keliatannya para pemimpin kita lagi sibuk cari suara buat pemilu dan sebagainya.
    ya mungkin begitulah orang Indonesia yang punya kepinteran buat minteri teman sendiri.

    baiknya semua karya dikasih pager santet saja ya biar tidak diakui bangsa lain

    salam dari solo Jawa tengah

    movanugraha

    ReplyDelete