Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Tuesday, December 18, 2012

Jadi pengusaha harus bayar harga

Saya sering sekali mendengar bagaimana seseorang ingin menjadi pengusaha sukses, terutama karena mereka lelah menjadi seorang pegawai. Entah karena atmosfer tempat kerjanya tidak kondusif, gaji yang kurang besar, waktu kerja yang menyita waktu pribadi, dan lain sebagainya. Namun, setahun atau dua tahun kemudian saya bertemu kembali, mereka tetap saja masih menjadi pegawai. Keinginan mereka untuk menjadi pengusaha sukses ternyata kalah kuat dengan penderitaan untuk menjadi pengusaha.

Jadi pengusaha menderita? Loh, iyah tapi untuk awal-awalnya saja sih menurut pengalaman saya. Tapi penderitaan awal menjadi pengusaha seringkali tidak bisa ditanggung oleh orang yang sudah terbiasa menjadi pegawai. Saya ilustrasikan yah: orang yang sudah jadi pegawai dengan gaji 5jt sebulan plus tunjangan plus THR plus bonus, akan menderita saat semuanya itu diambil dari dia. Bayangkan biasanya mungkin setiap akhir minggu bisa ke mall, nongkrong di starbuck (bukan iklan, cuma kebiasaan saya yah begitu), belanja gadget terbaru (gesek kartu kredit tentunya, kalau beli kontan mana mampu lha wong gaji cuma 5jt kecuali lagi dapat bonus), dan lain-lain. Tapi pada saat menjadi pengusaha, karena baru mulai bukannya dapat gaji tapi harus terus masukin dana sebagai modal untuk menutup operasional. Setiap diajak teman buat nongkrong di café selalu menolak karena berusaha ngirit.


Satu bulan, dua bulan, tiga bulan pertama mungkin kuat. Setengah tahun? Satu tahun? Apa masih kuat? Seringkali orang menyerah di tengah jalan sambil komentar “buka usaha tuh susah, resikonya gede”. Sebenarnya bukan susah atau beresiko besar, toh jadi pegawai juga ada resiko yaitu di PHK kalau perusahaan bangkrut, susah juga kalau rekan kerja atau atasannya rese. Hanya saja kesiapan orang untuk membayar harga menjadi pengusaha sangat kecil, seperti semangat coca cola (sekali lagi bukan iklan) meledak awalnya tapi langsung melepes.

Padahal apabila usaha yang dirintisnya sukses, untuk mengembangkannya relatif lebih mudah dan cepat. Karena hasil yang didapat sebagai seorang pengusaha adalah exponensial, sedangkan hasil yang didapat seorang pegawai hanya linier. Belum lagi banyak keuntungan yang didapat seorang pengusaha dari segi perpajakan (nanti kalau ada waktu menulis lagi akan coba saya bagikan). Makanya jangan heran kalau kita melihat orang yang merintis menjadi pengusaha dari nol, saat kita lihat lagi setahun atau dua tahun kemudian kesuksesannya terlihat sekali.

Saya jadi ingat dulu ada yang pernah cerita seperti ini, ibunya menasehati anaknya yang bekerja di Amerika sebagai pegawai yang karirnya bagus dan gajinya tinggi untuk jadi pengusaha di Indonesia, kampungnya sendiri. Begini nasehatnya, "Sesukses-suksesnya kamu di negeri orang tetep aja cuma kacung (pegawai, bahasa kasar untuk pembantu), tapi kalau di Indonesia walau cuma buka kios rokok di pinggir jalan dianggap orang yah lao pan (tuan besar/boss)". Jadi, mau pilih mana jadi pegawai atau boss? Mau jadi boss yah bayar harganya dooong. Sukses!

0 comments:

Post a Comment